Tuesday 19 October 2010

Sennheiser HD-202

Setelah beberapa bulan saya ngumpulin duit hasil sisa-sisa gajian, akhirnya saya berniat membeli sebuah stereo headphone bermerk. Bajet saya 300rb-an. Sebenernya agak mikir juga sih, buang-buang duit ratusan ribu buat beli barang-barang kayak gitu. Tapi sebagai penikmat musik sejati, buang-buang duit untuk memanjakan telinga tidak jadi masalah.

Setelah googling tentang headphone dengan kisaran harga 300rb-an, saya akhirnya terpilihlah 2 kandidat headphone yaitu Philips SHP 2700 dan Sennheiser HD 202. Sennheiser HD 202 brand headphone yang katanya harganya lebih miring dan kualitas audio yang cukup baik, sedangkan Philips SHP 2700 katanya menghasilkan suara di atas rata-rata headphone Philips lainnya. Entah kenapa saya lebih condong ke Philips padahal mendengar kualitas audionya pun saya belum pernah (aneh).

Hari Minggu langsung saya geber motor saya ke toko resmi Philips di Terusan Pasirkoja. Ketika saya sampai ditempatnya, sayang sekali Philipsnya tutup akhirnya saya akan pending acara memburu headphone Philips ini sampai hari senin. Ketika perjalanan pulang ke rumah, pikiran saya berubah dan saya langsung merubah haluan saya ke BEC. Saya tidak bisa menunggu lebij lama lagi untuk memiliki headphone baru. Sebenernya saya agak malas belanja di BEC, harganya suka lebih mahal, tapi ya sudahlah.

Saya sempat bertanya kepada teman saya tempat membeli headphone di BEC. Akhirnya dia memberikan nama tokonya dan dia menyarankan saya untuk membeli sennheiser HD 202 saja karena dia ternyata punya itu dan dia sudah membuktikannya sendiri. Oke, akhirnya saya menuju tokonya dan saya tetap kekeuh ingin membeli Philips.

Setelah sampai, saya tanyakan Headphone Philips 2700 dan Sennheiser HD 202. Harga Philips 2700 saat itu 290rb sedangkan Sennheiser HD 202 275rb. Tadinya saya bisa membandingkan kualitas suara kedua headphone tersebut, namun ternyata barang testernya tidak ada! Acara banding-bandinganny, GAGAL!

Sang penjual ternyata lebih menyarankan Sennheisser daripada Philips. Selain lebih murah, kualitasnya lebih bagus. Akhirnya pilihan saya jatuh pada Sennheiser HD 202. Gambar headphonenya seperti ini.



Kata penjualnya, headphone ini harus di burnin dulu sekitar 100 jam dengan volume sedang-sedang saja (sekitar 50% dari volume full) agar suara aslinya keluar. Kesan pertama ketika mencoba headphone ini adalah nyaman! Daun telinga saya masuk semua kedalam headphone. Saya hampir tidak bisa mendengar suara disekitar saya ketika menggunakan headphone. Jujur, ketika pertama kali mendengar suara musik yang keluar dari headphone, suara bassnya kurang terasa (mungkin karena belum di burnin dan volume suara yang kecil.

Ketika di rumah, saya coba beberapa lagu buat ngetest suaranya. Saya coba lagu Maroon 5 - Misery dan saya rasakan suara bass dan drumnya benar-benar menggelegar. Selanjutnya saya coba beberapa lagu Rihanna dan bassnya terdengar powerfull di telinga. Saya coba dengar lagu goyang dombret, suara kendang dangdutnya terdengar detail di telinga saya :).

Beberapa lagu dengan frekuensi tinggi terdengar rebek dan lagu-lagu dengan bit rate rendah akan terdengar sangat jelek dan mengganggu. Saya denger lagunya belum pake equalizer bawaan playernya loh. Kalo equalizernya diaktifkan, woow.. suara akan semakin mengelegar!! Headphone ini bagus dan recomended untuk kisaran harga 300rb-an. Ah.. pokonya saya puas deh,

No comments:

Post a Comment